Jangan Jadi Abu-Abu

Beberapa waktu yang lalu, saya dikabari ada tetangga yang meninggal. Saya tidak begitu kenal dengan beliau. Kalau ketemu hanya menyapa saja tanpa pernah mengobrol.

Kematian beliau mengagetkan semua orang. Tidak sakit dan tidak ada tanda-tanda akan meninggal. Pukul 08.00 berangkat kerja dan pukul 10.00 meninggal. Penyebabnya? Kecelakaan kerja. Jatuh dari ketinggian 5 meter. Innalilahi wa inna ilahi raji'un. 

Saya dikabari itu langsung berniat pulang. Meskipun tidak kenal akrab, namun beliau adalah muslim. Saya selalu semangat takziyah karena setiap takziyah saya teringat sebuah percakapan antara Nabi Muhammad dan Abu Bakar ash Sidiq.
"Siapa yang hari ini berpuasa?". Abu Bakar menjawab "Saya".
"Siapa yang hari ini mengantar jenazah?". Abu Bakar menjawab "Saya".
"Siapa yang hari ini memberi makan fakir miskin?". Abu Bakar menjawab "Saya".
"Siapa yang hari ini membesuk orang sakit?". Abu Bakar menjawab "Saya".
Rasulullah Shalallallahu Wasalam kemudian bersabda "Tidakkah semua ini dilakukan seseorang kecuali mereka akan masuk surga".

Saya pun takziyah malam-malam. Alhamdulilah pemakamannya malam. Kalau siang, sudah dipastikan saya tidak bisa takziyah dan ikut prosesi pemakaman.

MasyaAllah. Saya takjub dengan pemakaman beliau. Banyak sekali orang takziyah. Penuh. Ga berhenti tamu yang datang dari kabar duka terdengar hingga beliau dikuburkan. Saat itu saya baru tahu kalau beliau adalah jamaah LDII. Beliau memang totalitas dalam keLDIIanya. Memang beliau tidak begitu aktif di kampung kami, namun mungkin beliau sangat aktif di jamaah beliau.

MasyaAllah. Sekali lagi, saya takjub tidak terkira dengan banyaknya teman-teman beliau yang datang takziyah. Mereka datang, mensolatkan, dan mendoakan almarhum.

Pemandangan elok yang terlihat malam itu menampar saya. Nanti, ketika saya meninggal, akankah ada yang melayat? Akankah banyak yang mendoakan dan mensolatkan saya serta memintakan ampun saya? Apakah saat ini banyak orang yang mencintai dan mengenal saya?

Saya mengingat aktivitas yang saya lakukan setiap harinya. Saya tidak aktif di kampung. Saya tidak aktif di tempat kerja. Di beberapa komunitas, saya hanya setengah-setengah. Saya merasa saya belum bold, belum terdefine dengan jelas who I am, dan belum terlihat taringnya.  Saya sungguh biasa-biasa saja. 

Lalu, akankah banyak orang yang akan mendoakan saya ketika nafas ini sudah berhenti?

Solo, 28 Maret 2019
19.11

*Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan 30 Hari Bercerita Hari Ke-22 Rumlit IP Solo Raya
Be First to Post Comment !
Posting Komentar