Creating Instead of Looking for

Beberapa hari yang lalu membaca postingan terbaru Kurniawan Gunadi di blognya. Isinya kira-kira begini.

Jatuh cintalah kepada seseorang yang mudah diajak bicara. 
Jatuh cintalah kepada seseorang yang cintanya lebih besar daripada rasa cintamu.
Jatuh cintalah kepada seseorang yang memiliki cara berfikir baik, luas, dan terbuka.

Perfect. Semua orang pasti menginginkan orang seperti itu. Namun, pada kenyataanya, kadang kita ga bisa memilih. Yang dateng ternyata dia yang susah bicara, dia yang dihatinya masih ada orang lain, dan dia yang cara berfikirnya kurang terbuka. Namun berikutnya adalah ternyata dialah yang ditakdirkan menjadi pasangan kita.

Bagaimana? Apakah kita akan menolaknya dan mencari yang lain lagi, yang entah apakah ada didepan sana apa enggak?

Flashback tentang perjalanan pribadiku. Selama ini, hal-hal besar dalam hidupku adalah sesuatu yang tidak aku inginkan sama sekali. Seperti pekerjaan misalnya. Seperti status orang tua. Seperti lokasi rumah. Namun, berjalanya waktu, aku mulai tersadar bahwa apa-apa yang diberikan kepadaku tersebut adalah yang terbaik. Di awal memang menolak, namun akhirnya bisa berdamai.

Kembali pada soal pasangan tadi. Alih-alih bisa memilih untuk memilih dan mencari, menurutku adalah mending menciptakan. Kita ciptakan karakter-karakter yang kita inginkan. Pasangan kita susah diajak bicara misal. Cari ilmu gimana bisa membuat dia terbuka untuk mengungkapkan perasaan dan fikiranya. Pasangan kita cara berfikirnya kurang baik, doakan agar dia dapat hidayah agar Allah menuntunnya dalam berfikir. Pasangan kita tidak begitu mencintai kita, maka ingatlah kaidah tentang hati manusia itu milik Allah.

Tidak ada yang mudah di dunia ini jika tujuan kita adalah surga. Dan ingatlah bahwa Islam itu hanya tentang dua hal, yakni sabar dan syukur. Jika pasanganmu itu adalah orang keren, maka bersyukurlah. Jika pasanganmu itu less keren, maka bersabarlah. 

Keduanya baik. Keduanya adalah pintu surga.

Be First to Post Comment !
Posting Komentar