Komunikasi Pasutri Menuju Baiti Jannatiy via Kitab Istri

Geis, kabar gembira! 
Saya telah menemukan apa yang saya suka. Dan, salah satu hal yang ternyata membuat saya benar-benar fokus adalah topik antara dua insan manusia. Ahaiiii....selera umum banget kan! Hahaha.

Pada waktu itu ada kulwap tentang topik ini geis. Lah, topik apaan? Xixixxi...oh iya belum di kasih tau yak. Itu lho geis, tentang komunikasi pasangan. Saya daftar lah itu kulwap. Animo pesertanya luar biasa mbludak. Saya sampai dapat kebagaian bagian 3. Tapi memang topik ini seru banget sih. Kayak yang jadi intinya sebuah hubungan gitu. Kalau saya pernah baca sebuah quote itu, bahwa pernikahan itu diibaratkan sebagai kapal. Nah, dayungnya itu adalah komunikasi.

Hmm, tapi jauh dari urgensi itu, kalau saya pribadi sih lebih tertariknya tentang bagaimana saya belajar memahami pasangan. Tau tentang siapa dia. Gimana kesukaan dan ketidaksukaan seorang laki-laki secara umum. Sehingga, when I know about him, saya akan lebih gampang untuk menempatkan diri. Maklumlah, saya ini mah sukanya salah tempat. Lagi belajar untuk paham situasi dan kondisi. Xixixixixi... makanya ikut kulwap ini...(Nah neng, itu kan memang bagian dari komunikasi....kwkwkw)

Narasumber kala itu adalah Diana Amalia Zein. Beliau adalah orang keren lah insyaAllah. Di Komunitas Ibu Professional, tentu beliau memiliki peran penting. Hehe, karena biografi beliau sangat panjang, jadilah saya mengurungkan diri untuk menuliskannya. Gpp kan? Yang penting kan materinya. Yuuuuk...di iyain aja ya geis.

Mukadimah
Berbagai motivasi saat memutuskan menikah adalah: karena rasa cinta, untuk membahagiakan orang tua, faktor ekonomi, dsb. Namun, motivasi terbaik untuk menikah adalah beribadah.
"Ketika seseorang menikah, berarti dia telah menyempurnakan setengah agamanya. Maka bertakwalah kepada Allah pada setengah sissanya." (HR. Baihaqi)

Pernikahan adalah awal dari perjalanan panjang yang penuh dengan perjuangan. Kunci kesuksesanya menurut Brubaker (1983) lekat sekali dengan bagaimana pasangan saling berkomunikasi, membuat keputusan bersama, dan mengelola konflik.

Hubungan pasutri harus selalu dirawat. Seperti tanaman yang harus disiram dan dipupuk. Mencintai adalah kata kerja aktif. Sehingga terus menerus harus diperjuangkan. Sayang sekali banyak pasangan yang gagal mengelola 3 hal tersebut (komunikasi, membuat keputusan bersama, dan mengelola konflik). Sehingga mengakibatkan empty marriage atau pernikahan yang hampa dan tidak jarang berujung dengan perceraian.

Inti Diskusi (Ceramah oleh Narsum)
๐ŸŒด Janji akad nikah yang terucap bukan sekedar janji kepada pasangan saja. Namun yang lebih utama adalah janji kita kepada Allah.
๐ŸŒด Luruskan niat hanya untuk beribadah kepada Allah, maka dengan begitu, apapun yang kita upayakan untuk memupuk terus keharmonisan rumah tangga insyaAllah tidak akan terasa berat.
๐ŸŒด Memasuki usia dewasa bahkan pada akhir remaja, seseorang bisanya mulai menjalin hubungan serius dengan lawan jenis. Menurut Erikson (Tokoh Psikologis), fase dewasa muda merupakan fase untuk menuntaskan tugas perkembangan, yaitu "Intimacy vs Isolation". Maksudnya, bila seseorang tidak mengembangkan kemampuan untuk menjalin hubungan yang akrab/intim dengan orang lain, biasanya akan berakhir dengan merasa kesepian atau terisolasi.
๐ŸŒด Kemampuan membina hubungan yang intim dan akrab tidak selalu dimiliki oleh setiap orang yang berstatus menikah. Mereka bisa menjalin hubungan tersebut dengan keluarga atau sahabat. Namun, yang akan dibahas disini adalah untuk yang sudah menikah.
๐ŸŒด Mesti sudah tinggal seatap untuk sekian tahun lamanya, bisa jadi suami masih jadi sosok mystery guess dalam hidup kita loh kalau kita tidak pandai mengenali. Makanya sering terjadi cekcok atau bahkan sibuk dengan pikiran sendiri-sendiri dan tidak peduli satu sama lain (empty marriage).
๐ŸŒด Berikut beberapa tahapan berkomunikasi yang menentukan perkembangan suatu hubungan.
๐ŸทTahap 1 : Inisiasi
⇛Seseorang akan mulai mengenal dan menyesuaikan respon dengan lawan bicaranya. Seringkali tahap pertama ini hanya mengenali bahasa nonverbalnya saja. Pesan nonverbal ini biasanya ditangkap lebih kuat daripada pesan verbal.
⇛Albert Mehrabain memperkenalkan kaidah 7-38-55. Maksudnya adalah:
7%   => kata-kata (verbal)
38% => intonasi suara
55% => bahasa tubuh (nonverbal)
⇛Orang cenderung tidak terlalu peduli dengan verbalnya, bilamana nonverbal berkata sebaliknya.
⇛Tips: Agar bisa mengatur bahasa nonverbal, maka perlu mengatur emosi yang kaitanya dengan nalar. Kenapa? Karena emosi yang naik menyebabkan nalar turun. Emosi yang turun menyebabkan nalar naik.
๐ŸทTahap 2 : Eksplorasi
⇛Ketika kita mulai menjalin komunikasi, kita akan menggali lebih dalam lagi tentang lawan bicara kita. Apa yang dia sukai, dan apa yang dia tidak sukai.
⇛Ada kisah tentang Syuraih Al Qadhi dengan istrinya Zainab binti Hudair. Di hari pertama mereka berkumpul, bahkan sebelum Syuraih menyentuhnya, Zainab langsung menanyakan hal-hal yang ia sukai dan yang tidak ia sukai. Sebagai istri, ia langsung ingin mengenal perangrai sumai agar lebih tepat dalam meperlakukan suaminya. Dengan khidmat yang baik dari Zainab kepada suaminya, maka sang suami, Syuraih pun memperlakukan Zainab dengan baik. Akhirnya itu menjadi kunci rumah tangga mereka yang sakinah hingga seterusnya.
⇛Seseorang memiliki FoR (Frame of Reference) yaitu cara pandang, keyakinan, konsep, dan tata nilai yang dianut oleh seseorang. FoR ini bisa dipengaruhi karena faktor pendidikan, keluarga, pergaulan, buku bacaan, dll.
⇛Selain itu, seseorang juga memiliki FoE (Frame of Experience) yaitu serangkaian kejadian yang dialami seseorang yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang. 
⇛ FoR dan FoE ini akan mempengaruhi bagaimana seseorang menangkap pesan yang disampaikan kepadanya.
๐ŸทTahap 3 :Intensifikasi
 ⇛ Mulai lebih instens dalam berkomunikasi. Antar pasangan sudah lebih mengenal baik verbal dan non verbalnya. Apa kecenderungan yang dimiliki pasangan dan sebagainya. Biasnaya dalam tahap ini mulai tersusun aturan tertulis atau tidak tertulis tentang pola komunikasi yang bisa diterapkan sebagai hasil pembelajaran kita dalam mengenal pasangan.  Tapi ternyata dalam tahapan ini, konflik mulai sering terjadi akibat perbedaan nilai-nilai dan kebiasaan. Bisa jadi, memasuki tahap ini, hubungan semakin renggang, bisa juga hubungan terjalin semakin erat.
⇛ Saat dua orang berbagi berbagai aspek hidup dalam rumah tangga, pasti akan ditemukan banyak hal yang tidak sejalan. Makanya, kembali lagi pada niat, bila keduanya menetapkan niat untuk beribadah, insyaAllah lebih mudah menyeleraskan ritme dan prinsip-prinsip dalam rumah tangga.
๐ŸทTahap 4 :Formalisasi
Bagi yang hubunganya semakin intens, maka akan masuk pada tahap formalisasi, ketika aturan atau pola yang diciptakan menjadi ajeg dalam suatu hubungan.

๐ŸทTahap 5 : Penyesuasian terus-menerus
⇛Meskipun sudah melewati tahap formalisasi, bukan mustahil kita harus kembali eksplorasi lagi, karena oh karena, manusia berubah, lingkungan berubah, atau bisa juga karena kita mendapatkan fakta baru lagi tentang pasangan kita. Hal itu membuat kita harus belajar memahami lagi, menyesuaikan diri lagi, dan tidak jarang berbuah konflik.

๐ŸŒด Konflik tidak perlu dihindari. Menhindari konflik justru membuat hubungan menjadi tidak sehat karena adanya kekecewaan yang dipendam antara satu sama lain. Sebaiknya kita mengelolanya dengan kepala jernih dan fokus hanya pada solusi, bukan fokus pada menyalahkan siapa-siapa.
๐ŸŒด Menghadapi konflik dengan baik nantinya akan memberi kesempatan untuk mengenal pasangan lebih jauh dan meningkatkan kualitas hubungan.
๐ŸŒด Idealnya gimana sih berkomunikasi antar suami istri itu? Pertama, yaitu berazzam dalam hati yang kita upayakan yaitu demi beribadah kepada Allah. Jadi ga ada kata "Gengsi doong" atau "Keenakan dia donk". Kedua, ingat selalu bahwa bahasa nonverbal lebih kuat sampainya daripada bahasa verbal. Jadi usahakan ketika suami bersama kita: sejukkan pandanganya dengan pemandangan yang indah-indah, sejukkan telinganya dengan mendengar yang lembut-lembut, beri senyuman kita yang paling manis dan tulus. Jaga self hygiene dan bersolek sewajarnya agar suami nyaman bersama kita. Ketiga, pahami keadaan dia sedang bagaimana. Asahlah diri untuk mampu membaca situasi agar mampu memilih waktu yang tepat berkomunikasi dengan suami. Sebelum berkomunikasi, buatlah dulu suasana yang rileks, siapkan minuman, makanannya, penuli dulu hajatnya. Kita lihat bagaimana Rasulullah mencari Khadijah untuk diselimuti ketika syok pertama kali didatangi Jibril. Atau paling deket di tanah air, bagaimana Pak Habibie bahkan bingung dengan jadwal minum obatnya atau dimana meletakkan sendalnya selepas Ibu Ainun pergi.  
๐ŸŒดJadikanlah kita sebagai istri menjadi "rumah" yang nyaman dan selalu dirindukan suami untuk pulang dan beristirahat.
๐ŸŒด Menurut Bunda Elly, laki-laki paling efektif menangkap 15 kata saja dalam 1 kalimat inti. Jadi, berlatihlah sampaikan maksud dengan ringkas, simple, dan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Gunakan prnsip Clear and Clarify, yaitu memberi kesempatan pasangan untuk bertanya, dan memastikan maksud kita tersampaikan dengan baik. Bila tidak mendapat tanggapan yang sesuai harapan, tunggu, jangan mendesaknya. Mungkin perlu atur waktu lagi di lain waktu karena bisa jadi ada prioritas lain dibenaknya saat ini.
๐ŸŒดKetika mengingatkan suami, pakaialah adab. Jaga kehormatan dan wibawanya. Sampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kita akan kebaikanya terlebih dahulu, baru sampaikan keberatan kita akan suatu hal.
๐ŸŒดIngatlah bahwa kalian, para istri, adalah pakaian bagi suami kalian. Jangan critakan keburukan suami, atau kelemahan suami kepada orang lain atau public.

Nah, segitu ceramah yang disampaikan narsum. Keren banget kan? Sebenarnya ada sesi tanya jawab dan diskusi. Namun, saya tidak menuliskanya disini. Panjang bangeeet euy. Hehehe....
Semoga bermanfaat ya. Selamat meluruskan niat. Selamat melembutkan akhlak. ๐Ÿ’“๐Ÿ’“๐Ÿ’“





Be First to Post Comment !
Posting Komentar