Jika Ingin Menasihati





Bismillah.

Hari itu masih suasana lebaran 1440 H, dan hari terakhir libur kerja. Tamu-tamu sudah mulai sedikit yang berkunjung. Akhirnya bisa selonjoran dan mainan hape. Tiba-tiba ada kawan lama yang mengirim pesan mengucapkan selamat lebaran dan ada untaian nasihat di belakangnya.

Ya, nasihat.
Agama yang saya anut selama ini mengajarkan kepada umatnya untuk saling menasihati antarsaudaranya. Karena itu adalah bukti cinta. Tidak ingin saudara seakidahnya terjerumus dalam ketidakbaikan, maka diberikan nasihat agar bersama-sama on the right track

Biasanya aku sangat suka jika diberi nasihat. Bahkan, ketika bertemu orang pun biasanya sangat ingin mendapatkan untaian kata-kata nasihat dari mereka. Namun, ada yang beda dengan hari itu. Nasihat yang biasa menentramkan berubah menjadi nasihat yang menyayat hati. 

Cepat-cepat aku berdoa untuk dilapangkan hatiku agar tidak tersulut energi negatif. Aku tetap mengapresiasi nasihat yang diberikan dan sembari terus beristighfar serta memberikannya balasan yang sopan. 

Aku belajar dari peristiwa itu untuk lebih bijaksana dan elegan dalam memberikan nasihat terutama dalam hal memilih waktu yang tepat. Paham akan kondisi hati orang yang diajak bicara sehingga nasihat yang diberikan akan menjadi sebuah kata baik bukan malah menjadi sebaliknya. Ibnu Mas’ud pernah bertutur: “Sesungguhnya adakalanya hati bersemangat dan mudah menerima, dan adakalanya hati lesu dan mudah menolak. Maka ajaklah hati saat dia bersemangat dan mudah menerima dan tinggalkanlah saat dia malas dan mudah menolak.” (Al Adab Asy Syar’iyyah, Ibnu Muflih)




Be First to Post Comment !
Posting Komentar